http://penyair-mati.tripod.com

Puisi Mati
Home | Puisi Mati | Naskah | Penyair-Mati | Links | Foto

KUMPULAN PUISI MATI
tuahta a. g.

r.i.p.jpg

di pemakaman banyak sekali orang lalu-lalang, "stt... diam... ikuti saja ceremoni yang khidmat ini"
aubade dan doa-doa, yang berasal dari sumpah dan tawa para pengubur-nya.
"siapa sih?"
"tuhan baru saja mati, dan kita semua cukup lelah hari ini."
di pemakaman banyak sekali orang lalu-lalang
"ah.. apa benar?"

Kesepakatan dengan tuhan

 

Tuhan, kita buat kesepakatan

Andai saja bilamana aku mati penasaran

Kau biarkan aku melanglang buana dalam dunia citra

Karena dengan begitu, aku dapat membebaskan diri dari eksisitensiku yang ragu

Tuhan, kita buat kesepakatan

Seandainya engkau yang mati penasaran

Akan kubiarkan kau hidup dalam rumah-rumahmu

Karena dengan begitu, aku yakin , mungkin sekali untukmu lahir kembali menjadi epifani

 

Tapi…

santailah tuhan

Aku lelaki

aku bisa jamin, kau takkan mati dua kali

 

PdKp, 130304

 

Pada sebuah pemakaman

 

Sebatang pohon dengan lubang-lubang yang dipenuhi rayap

Semalaman suntuk aku berjaga disini

Berserita, bertanya pada mambang dan peri-peri yang menjaga

Terkubur bersama waktu, mencoba lupakan ingatan masa lalu

 

Empat buah sarang burung berada pada dahanya yang kering, tak berdaun lagi

Siapa mau mengata, aku pohon tua penuh cerca dan nista

Bulanku tenggelam dibalik dahanya yang rapuh, besar dan kasar

Dalam sebuah taman gersang yang kering

Hidupnya memang untuk selalu terasing

 

Adakah embun membasahi dahanya yang kering?

Adakah rama-rama menghiasi pada saat bunga mulai berseri?

Semalaman suntuk aku berjaga disini

Menyesali diri, hidup seperti mati

 

Pohon tua dengan gugusan rayap bertengger dipucuknya

“Awas kau nanti, waktu pasti berganti. Hari ini aku berkonsentrasi, besok kau takkan berarti”

 

konon sang pemilik sarang tak berani untuk pulang

“Aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku tahu, aku tahu..”

angin datang pohonpun tumbang

Lama, aku menyesalinya

120202

Metamorfosa tuhan

 

Sabda,

“Kata ingatanku” ada alam, pikiran bebas melayang

“Kata kesombonganku” tidak mungkin ada jiwa terkurung keraguan

sebuah kisah yang bermetamorfosa menjadi dogma

atau mungkin terbaca lewat fenomena maya

 

malam senin dia pergi juga ke Golgota katanya menghadiri misa

“Akhirnya ingatanku menyerah”

Sabda,

“Kata ingatanku” ada alam, tapi pikiran yang ini terendus penciuman yang jalang

“Kata kesombonganku” ada jiwa bebas, tapi jiwa yang ini selalu saja merengek pada teori-teori yang dirancangnya sendiri

Eingenomen.

Yang berarti adi kodrati

Malam sabtu dia pergi lagi

Tapi tak ke gereja buat pengakuan dosa

akhirnya lagi-lagi ingatanku menyerah

 

Syahdan,

:adalah seorang tua, setengah gila

yang telah membaiat diri sebagai nabi suci

mengitari seputar alam, pikiran, kebebasan, kemurtadan, materialisme kebendaan, sebuah kebebasan

“Aku tidak mungkin melakukanya”

tapi alam terjadi karena alam sendiri menghendaki

sabdanya

 

Sementara ditengah kekhusu’anya dengan ayat suci yang dirakitnya sendiri

Dengan setengah iklas dia menyapa alam bawah sadarnya

“Kok kamu tega mencabuli diri sendiri”

 

Syahdan

Dibalik dipanya yang tua dimakan kebebasan sebuah pikiran

Batuk yang dalam belum mampu memberikan sebuah kesimpulan

“Dan tetap tak tergoyahkan”

 

aku benar-benar sekarat saat ini

tuhan…

ternyata

 

--31-02-03--


.......

 

hidupku apalah tuhan?

hidupku cuma sisa-sisa serpihan sajak

tak berarti, kosong... pong...

 

hidupku apalah tuhan?

hidupku cuma kesalahan mantra-mu

kun fayaa kun!

maka dari api aku berakhir dengan api

 

hidupku apalah tuhan?

tambah terasing dari cinta sekolah rendah*

yang selalu mengambil jalan pintas dan sunyi ke arah pantai

hanya untuk menyeru pada laut biru:

Hoi... adakah kamu mau ikut denganku? kita ke laut... berenang, menyelam dan mati kembung!!"

 

(tapi landai pantai tak menaruh perhatian pada seruanku)

 

hidupku apalah tuhan?

hidupku cuma sekeranjang sampah... setumpuk sejarah, sepenggal fitnah, semangkuk darah

 

hidupku apalah tuhan?

kecuali api yang merah yang telah kau usir dari surga

 

maka aku pantas dan layak mendapatkan air dari samudra luas-mu!

 

 

*puisi Chairil Anwar "Derai-derai Cemara"

 

 

monolog badut

 

(dibawakan pada trainning session tetaer putra sang fajar UBK Jakarta)

Seperti manusia yang beradab.
Semua orang mencoba memperlihatkan kadar kemanusiaanya
Menjadi curut, menjadi badut, menjadi perkutut, menjadi kentut…

Terlalu banyak yang berdusta didalam hidup, semuanya memakai topeng-topeng asing, made ini amerika… made in surga
Busyet….dah

Topeng badut ulang tahun, topeng gembira ria, topeng zombie buat menakut-nakuti
Topeng orang suci yang menjual agama, topeng pemimpin yang ternyata pemimpi
Topeng-topeng melayang di sekitarku… mengitariku, menguber dan memaksaku untuk menjadi sebuah topeng pula.

Seperti kebiasan manusia yang beradab.
Semua manusia suka berderma, biar semakin mantap kadar kemanusiaannya.
Ada yang suka berderma ke rumah panti asuhan dan panti segala-gala panti.
Tanpa maksud apa-apa… lho” katanya tersenyum ria.
Ada yang berderma ke mall-mall, “Sekalian cuci mata
Ada pula yang berderma kerumah pelacuran “Hanya mencoba memanusiakan manusia” alasan mereka…

Badutbadut!!

Tapi, sayang, boleh percaya boleh tidak,
Sekarang aku sudah seperti setengah manusia, kadang-kadang menjadi curut, kadang-kadang menjadi perkutut, sesekali jadi badut.. dan seringkali jadi kentut..

Kebiasaan lain yang mulai aku gemari adalah…
Aku mulai suka berderma, berbelas kasihan pada orang tak punya….
Hahahahaha……….

Benar, aku tak bisa lari dari manusia lain… sebab, aku hidup, dan suatu saat pasti mati, kalau tidak begitu, siapa yang mau mengurus mayatku? Jelas saja, aku tak bisa berjalan menuju crematorium, sambil berkata “Bapa pendeta…. Aku bawakan jasadku padamu… beri aku pensucian untuk terakhir kali, biar aku bisa bertemu tuhan dan menceritakan kesuksesanku: aku manusia, setengah manusia.

Boleh percaya, boleh juga tidak… sebenarnya, aku punya kekuatan untuk menolak menjadi seorang manusia yang utuh… aku tak mau jadi curut, tak mau jadi perkutut, tak mau jadi kentut, dan tak mau jadi badut….

Hanya saja, aku tak bisa, tak biasa…
Kalau aku begini, semua orang begitu, kalau aku begitu semua orang begini…
Lantas apa yang harus aku katakan? Berlari ke arak kerumunan orang, sambil berteriak… “Kalian badut! Kalian badut! Ini konyol, tau ga sih?”
Lha? Aku bisa dinista, sebab dianggap gila. Sudah terlalu banyak orang gila di Indonesia ini. kalau tidak percaya, tanya saja sama petugas sensus… aku ndak mau melengkapi kesengsaraan hidup manusia.

Seperti manusia yang beradab
Semua orang membaca surat kabar “Tanda sebuah kaum sudah di upgrade
Hahaha….

Seperti manusia yang beradab
Semua orang suka membicarakan tentang kemiskinan yang diidap saudaranya yang tak beruntung, dengan koreng yang lebar dipantatnya…
Hanya suka saja. Hobi mereka.. habisnya, hari begini kalu bukan topik itu yang dibahas, Koran-dan tipi dan radio, bisa sepi , bisa-bisa mati…

Manusia yang paling beradab adalah manusia yang bisa membuat sebuah proyek kemanusiaan… buka kitab undang-undang dasar Negara kita… pasal 34. don’t worry be happy, just… waspadalah… sebab kejahatan bukan hanya datang dari niat pelakunya tapi juga karena adanya kesempatan terlebih adanya sebuah kesepakatan…
mengerti!!

Maka sebagai sesuatu yang hampir menyerupai manusia, aku tidak layak untuk memberikan sebuah pesan kepada manusia, manusia, manusia…

Kecuali, aku bilang, kalau sekarang aku ini lapar… butuh makan, tidak butuh pemimpin yang korup. Butuh nasi. Tidak butuh bedil.
Sebaiknya aku segera mengkais sisa makanan dari manusia… dipinggir jalan, berebut dengan sesuatu yang mirip aku. Bersenggolan saling sikut, menginjak…..
Tapi walau begitu kami tak butuh bedil dan belati…

Bedil-membedil adalah urusan manusia yang beradab.
Kami tak pantas untuk melakukan itu…
Yakinlah!!

Dan sekarang aku harus kewarung nasi.. warung nasi…

Jkt, 270904