Kesepakatan dengan tuhan
Tuhan, kita buat kesepakatan
Andai saja bilamana aku mati penasaran
Kau biarkan aku melanglang buana dalam dunia citra
Karena dengan begitu, aku dapat membebaskan diri dari eksisitensiku yang ragu
Tuhan, kita buat kesepakatan
Seandainya engkau yang mati penasaran
Akan kubiarkan kau hidup dalam rumah-rumahmu
Karena dengan begitu, aku yakin , mungkin sekali untukmu lahir kembali menjadi epifani
Tapi…
santailah tuhan
Aku lelaki
aku bisa jamin, kau takkan mati dua kali
PdKp, 130304
Pada sebuah pemakaman
Sebatang pohon
dengan lubang-lubang yang dipenuhi rayap
Semalaman suntuk
aku berjaga disini
Berserita, bertanya
pada mambang dan peri-peri yang menjaga
Terkubur bersama
waktu, mencoba lupakan ingatan masa lalu
Empat buah sarang
burung berada pada dahanya yang kering, tak berdaun lagi
Siapa mau mengata,
aku pohon tua penuh cerca dan nista
Bulanku tenggelam
dibalik dahanya yang rapuh, besar dan kasar
Dalam sebuah
taman gersang yang kering
Hidupnya memang
untuk selalu terasing
Adakah embun
membasahi dahanya yang kering?
Adakah rama-rama
menghiasi pada saat bunga mulai berseri?
Semalaman suntuk
aku berjaga disini
Menyesali diri,
hidup seperti mati
Pohon tua dengan
gugusan rayap bertengger dipucuknya
“Awas kau
nanti, waktu pasti berganti. Hari ini aku berkonsentrasi, besok kau takkan berarti”
konon sang pemilik
sarang tak berani untuk pulang
“Aku tahu
apa yang harus aku lakukan, aku tahu, aku tahu..”
angin datang
pohonpun tumbang
Lama, aku menyesalinya
120202
Metamorfosa tuhan
Sabda,
“Kata ingatanku” ada alam, pikiran bebas melayang
“Kata kesombonganku” tidak mungkin ada jiwa terkurung keraguan
sebuah kisah yang bermetamorfosa menjadi dogma
atau mungkin terbaca lewat fenomena maya
malam senin dia pergi juga ke Golgota katanya menghadiri misa
“Akhirnya ingatanku menyerah”
Sabda,
“Kata ingatanku” ada alam, tapi pikiran yang ini terendus penciuman
yang jalang
“Kata kesombonganku” ada jiwa bebas, tapi jiwa yang ini selalu saja
merengek pada teori-teori yang dirancangnya sendiri
Eingenomen.
Yang berarti adi kodrati
Malam sabtu dia pergi lagi
Tapi tak ke gereja buat pengakuan dosa
akhirnya lagi-lagi ingatanku menyerah
Syahdan,
:adalah seorang tua, setengah gila
yang telah membaiat diri sebagai nabi suci
mengitari seputar alam, pikiran, kebebasan, kemurtadan, materialisme kebendaan,
sebuah kebebasan
“Aku tidak mungkin melakukanya”
tapi alam terjadi karena alam sendiri menghendaki
sabdanya
Sementara ditengah kekhusu’anya dengan ayat suci yang dirakitnya sendiri
Dengan setengah iklas dia menyapa alam bawah sadarnya
“Kok kamu tega mencabuli diri sendiri”
Syahdan
Dibalik dipanya yang tua dimakan kebebasan sebuah pikiran
Batuk yang dalam belum mampu memberikan sebuah kesimpulan
“Dan tetap tak tergoyahkan”
aku benar-benar sekarat saat ini
tuhan…
ternyata
--31-02-03--
|
|
|
.......
hidupku apalah tuhan?
hidupku cuma sisa-sisa
serpihan sajak
tak berarti, kosong...
pong...
hidupku apalah tuhan?
hidupku cuma kesalahan
mantra-mu
kun fayaa kun!
maka dari api aku berakhir
dengan api
hidupku apalah tuhan?
tambah terasing dari cinta
sekolah rendah*
yang selalu mengambil jalan
pintas dan sunyi ke arah pantai
hanya untuk menyeru pada
laut biru:
Hoi... adakah kamu mau
ikut denganku? kita ke laut... berenang, menyelam dan mati kembung!!"
(tapi landai pantai tak
menaruh perhatian pada seruanku)
hidupku apalah tuhan?
hidupku cuma sekeranjang
sampah... setumpuk sejarah, sepenggal fitnah, semangkuk darah
hidupku apalah tuhan?
kecuali api yang merah
yang telah kau usir dari surga
maka aku pantas dan layak
mendapatkan air dari samudra luas-mu!
*puisi Chairil Anwar "Derai-derai Cemara"
monolog badut
(dibawakan pada trainning session tetaer putra sang fajar UBK Jakarta)
Seperti
manusia yang beradab. Semua orang mencoba memperlihatkan kadar kemanusiaanya Menjadi curut, menjadi badut, menjadi
perkutut, menjadi kentut…
Terlalu banyak yang berdusta didalam hidup, semuanya memakai topeng-topeng asing, made
ini amerika… made in surga Busyet….dah
Topeng badut ulang tahun, topeng gembira ria, topeng zombie buat
menakut-nakuti Topeng orang suci yang menjual agama, topeng pemimpin yang ternyata pemimpi Topeng-topeng melayang di
sekitarku… mengitariku, menguber dan memaksaku untuk menjadi sebuah topeng pula.
Seperti kebiasan manusia yang
beradab. Semua manusia suka berderma, biar semakin mantap kadar kemanusiaannya. Ada yang suka berderma ke rumah panti
asuhan dan panti segala-gala panti. “Tanpa maksud apa-apa… lho” katanya tersenyum ria. Ada
yang berderma ke mall-mall, “Sekalian cuci mata” Ada pula yang berderma kerumah pelacuran “Hanya
mencoba memanusiakan manusia” alasan mereka…
Badut… badut!!
Tapi, sayang,
boleh percaya boleh tidak, Sekarang aku sudah seperti setengah manusia, kadang-kadang menjadi curut, kadang-kadang menjadi
perkutut, sesekali jadi badut.. dan seringkali jadi kentut..
Kebiasaan lain yang mulai aku gemari adalah… Aku
mulai suka berderma, berbelas kasihan pada orang tak punya…. Hahahahaha……….
Benar, aku tak
bisa lari dari manusia lain… sebab, aku hidup, dan suatu saat pasti mati, kalau tidak begitu, siapa yang mau mengurus
mayatku? Jelas saja, aku tak bisa berjalan menuju crematorium, sambil berkata “Bapa pendeta…. Aku bawakan jasadku
padamu… beri aku pensucian untuk terakhir kali, biar aku bisa bertemu tuhan dan menceritakan kesuksesanku: aku manusia,
setengah manusia.”
Boleh percaya, boleh juga tidak… sebenarnya, aku punya kekuatan untuk menolak menjadi
seorang manusia yang utuh… aku tak mau jadi curut, tak mau jadi perkutut, tak mau jadi kentut, dan tak mau jadi badut….
Hanya
saja, aku tak bisa, tak biasa… Kalau aku begini, semua orang begitu, kalau aku begitu semua orang begini… Lantas
apa yang harus aku katakan? Berlari ke arak kerumunan orang, sambil berteriak… “Kalian badut! Kalian
badut! Ini konyol, tau ga sih?” Lha? Aku bisa dinista, sebab dianggap gila. Sudah terlalu banyak orang
gila di Indonesia ini. kalau tidak percaya, tanya saja sama petugas sensus… aku ndak mau melengkapi kesengsaraan hidup
manusia.
Seperti manusia yang beradab Semua orang membaca surat kabar “Tanda sebuah kaum sudah di upgrade” Hahaha….
Seperti
manusia yang beradab Semua orang suka membicarakan tentang kemiskinan yang diidap saudaranya yang tak beruntung, dengan
koreng yang lebar dipantatnya… Hanya suka saja. Hobi mereka.. habisnya, hari begini kalu bukan topik itu yang dibahas,
Koran-dan tipi dan radio, bisa sepi , bisa-bisa mati…
Manusia yang paling beradab adalah manusia yang bisa membuat
sebuah proyek kemanusiaan… buka kitab undang-undang dasar Negara kita… pasal 34. don’t worry be happy, just…
waspadalah… sebab kejahatan bukan hanya datang dari niat pelakunya tapi juga karena adanya kesempatan terlebih adanya
sebuah kesepakatan… mengerti!!
Maka sebagai sesuatu yang
hampir menyerupai manusia, aku tidak layak untuk memberikan sebuah pesan kepada manusia, manusia, manusia…
Kecuali,
aku bilang, kalau sekarang aku ini lapar… butuh makan, tidak butuh pemimpin yang korup. Butuh nasi. Tidak butuh bedil. Sebaiknya
aku segera mengkais sisa makanan dari manusia… dipinggir jalan, berebut dengan sesuatu yang mirip aku. Bersenggolan
saling sikut, menginjak….. Tapi walau begitu kami tak butuh bedil dan belati…
Bedil-membedil adalah
urusan manusia yang beradab. Kami tak pantas untuk melakukan itu… Yakinlah!!
Dan sekarang aku harus kewarung
nasi.. warung nasi…
Jkt, 270904
|
|
|
|
|
|